KOTA BANDUNG – Di tengah ancaman krisis iklim dan degradasi lingkungan yang kian nyata, konsep green economy atau ekonomi hijau muncul sebagai solusi pembangunan berkelanjutan. Ekonomi hijau menekankan pada pertumbuhan ekonomi yang rendah karbon, efisien dalam penggunaan sumber daya, serta inklusif secara sosial. Konsep ini kini menjadi fokus global dalam merumuskan kebijakan ekonomi yang tidak hanya mengejar profit, tetapi juga menjaga bumi untuk generasi mendatang.
Apa Itu Green Economy?
Menurut United Nations Environment Programme (UNEP), green economy adalah “ekonomi yang menghasilkan peningkatan kesejahteraan manusia dan kesetaraan sosial, sambil secara signifikan mengurangi risiko lingkungan dan kelangkaan ekologi” (UNEP, 2011). Konsep ini berupaya menyelaraskan antara pembangunan ekonomi dan perlindungan lingkungan.
Karakteristik utama ekonomi hijau meliputi:
-
Rendah emisi karbon
-
Efisiensi sumber daya
-
Inklusi sosial
Mengapa Green Economy Penting?
Ekonomi global saat ini masih banyak bergantung pada bahan bakar fosil yang menyumbang besar terhadap emisi gas rumah kaca. Menurut laporan IPCC (2023), sektor energi dan industri menyumbang lebih dari 70% emisi global. Dengan pergeseran menuju energi terbarukan, efisiensi energi, dan inovasi ramah lingkungan, ekonomi hijau menjadi cara untuk mencapai net-zero emission.
Selain itu, ekonomi hijau membuka peluang kerja baru (green jobs). International Labour Organization (ILO) memperkirakan transisi menuju ekonomi hijau dapat menciptakan 24 juta pekerjaan baru secara global pada tahun 2030 (ILO, 2018).
Praktik Green Economy di Indonesia
Indonesia sebagai negara berkembang turut berkomitmen menerapkan ekonomi hijau. Pemerintah telah meluncurkan dokumen “Peta Jalan Ekonomi Hijau” yang dikoordinasikan oleh Bappenas (2021), dengan fokus pada sektor energi terbarukan, pengelolaan sampah, dan pertanian berkelanjutan.
Contohnya, pembangunan PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) di Atap rumah tangga dan industri merupakan bagian dari transisi energi bersih. Selain itu, program seperti Kampung Iklim dan Pertanian Organik di berbagai daerah menunjukkan implementasi nyata dari prinsip ekonomi hijau.
Tantangan dan Hambatan
Namun, implementasi ekonomi hijau bukan tanpa tantangan. Hambatan utama meliputi:
-
Ketergantungan terhadap energi fosil
-
Kurangnya insentif kebijakan fiskal hijau
-
Investasi yang masih minim di sektor ramah lingkungan
-
Kesenjangan kapasitas sumber daya manusia
Menurut laporan World Bank (2022), dibutuhkan investasi sekitar USD 365 miliar untuk mendanai transisi hijau di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Kesimpulan
Green economy bukan sekadar tren, melainkan kebutuhan mendesak di era perubahan iklim. Diperlukan sinergi antara pemerintah, sektor swasta, masyarakat sipil, dan komunitas global untuk mendorong ekonomi yang lebih ramah lingkungan, adil, dan berkelanjutan. Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pionir ekonomi hijau di kawasan Asia jika mampu memanfaatkan sumber daya alam dan manusianya secara bijak.
Daftar Pustaka:
Leave a Reply